Senin, 07 September 2020

“Design Thinking” Bukti Nyata Nekadnya Bu Mila

Menjadi penulis hebat tidak harus  berawal dari bakat, tapi ada juga yang bermodal nekat dan niat, serta dibutuhkan tekad yang kuat, sungguh-sungguh, fokus dan konsisten, sampai akhirya bisa menerbitkan buku yang hebat. Sudah banyak penulis yang menerbitkan buku dan berbagi kisah pengalamannya,termasuk salah satu Narasumber  di Kuliah Online WA Group Belajar Menulis bersama Om Jay dan PGRI, Ibu Jamila K Baderan yang lebih akrab disapa Bu Mila, Guru Berprestasi asal Gorontalo yang berbagi pengalamannya dalam menulis dan menerbitkan buku.

Berbicara tentang pengalaman menulis buku, Bu Mila temasuk  orang yang baru menekuni bidang menulis. Dulu sewaktu SD pernah punya hobby menggambar dan bercita-cita menjadi seorang komikus. Namun entah mengapa cita-cita tersebut terbang entah kemana. Hingga Suatu hari terusik dengan postingan beberapa teman di Facebook , diantaranya Pak Alphian dan Bu Tere, mereka rajin sekali posting cerita atau artikel setiap hari. Bu Mila berfikir mereka mudah sekali mendapatkan ide dan menuangkannya dalam sebuah tulisan. Bu Mila ingin seperti mereka, rasa penasaran yang semakin memuncak tersebut kemudian menuntunnya untuk bertanya ini dan itu

Gayung bersambut , selang beberapa hari mendapat postingan untuk bergabung di Group WA Belajar Menulis Gelombang 5 ,inilah awal bu Mila bertemu Om Jay Guru Bloger Indonesia sang Motivator dan inspirator. Melalui Narasumber hebat yang dihadirkan Om Jay ,Bu Mila mendapatkan banyak pengetahuan serta sharing pengalaman diantaranya Pak Dedi Dwitagama, Paman Apiq, Prof. Eko Indrajit dan Narasumber hebat lainnya.

 

Menaklukan Tantangan

 Bagi Bu Mila, menulis itu pilihan dan sebuah tantangan. Pada awal bergabung di group menulis merasa begitu berat dan tak sanggup, bukan karena tak punya ide tapi bingung harus memulai darimana. Untung Om Jay paling jago memberi tantantan menulis, mengerti karakter dan memberi motivasi. Saat Om Jay menghadirkan Prof. Eko Indrajit sebagai Narasumber yang cerdas, terkenal,dan super ramah dan satu-satunya profesor yang memberikan tantangan tergila dengan tantangan menulis buku dalam seminggu. Dengan cara memilih satu tema di Ekoji Channel. Keputusan untuk menulis buku dengan Prof.Eko hanya satu malam karena esoknya harus menyetor judul dan outline. Tak terbayang pikiran Bu Mila saat itu antara terima dan tidak tantangan dari sang Profesor. Hingga sampailah pada kata Nekat karena sudah dua hari dateline kesanggupan menerima tantangan terlewat. Walau diiringi dengan rasa cemas akhirnya mencoba mengirim WA ke Prof. Eko akan kesanggupannya menerima tantangan Prof. Eko  dan diberi kesempatan untuk langsung meyetorkan 1 Bab. “Konsekuensi Nekat harus jatuh bangun berjuang menaklukan tantangan”  kalimat itu diabadikan dalam satu judul Bab Buku “ Design Thinking Membangun Generasi Emas dengan Konsep Merdeka Belajar”. Sungguh luar biasa.

Semua memang berawal dari kata "Nekat". Namun modal nekat tanpa konsistensi adalah nol besar. Bu Mila sudah membuktikannya. Bukan hanya dalam menerima tantangan menulis, tapi dalam pembelajaran dan keseharian hal ini pun Bu Mila lakukan. Untuk bisa terus menulis perlu konsisten dan fokus. Konsisten dan fokus adalah kunci menuju sukses. Buku Design Thinking adalah salah satu bukti bahwa risiko terbaik dari sebuah kenekatan adalah penerimaan dan pengakuan.

 

Niat, Tekad dan Nekad

 Bagi beliau menulis harus didasari oleh tiga hal, yaitu : niat,  tekad, dan nekat. Ketiga hal ini berkaitan erat dan saking melengkapi. Niat merupakan tujuan yang ingin dicapai. Pencapaian yang maksimal membutuhkan tekad (keinginan yang kuat).  Dan untuk mewujudkan tekad tersebut kita harus nekat dalam arti memiliki keberanian. Tiga hal itu juga sangat diperlukan dalam upaya meningkatkan keterampilan abad 21 peserta didik. Guru selaku agen perubahan harus mampu bersikap profesional baik dalam kapasitasnya sebagai tenaga pendidik, anggota keluarga maupun sebagai anggota masyarakat. Secara mendalam upaya tersebut dikupas tuntas dalam buku karya bersama Prof. Eko Indrajit.

Mewujudkan sebuah karya dalam waktu singkat tentu bukanlah hal yang mudah. Apalagi bagi Bu Mila yang merupakan seorang penulis pemula,tentunya banyak kendala yang dihadapi. Namun berkat niat, tekad dan nekat karya tersebut termasuk sebagai salah satu karya yang lolos mulus di penerbit Mayor. Hal ini tentunya juga tidak terlepas dari bimbingan Prof. Eko yang sudah mendampingi  dari awal, proses editing, hingga menghubungkan dengan penerbit mayor.

 

Fokus dan Konsisten

Trik menulis buku dalam seminggu yang Bu Mila lakukan cukup simpel. Selain tiga hal yang sudah beliau ungkapkan tadi, kita juga harus fokus dan konsisten. Intinya, tulislah apa saja yang terlintas dalam pikiran kita dengan sesegera mungkin. Jangan ditunda. Teruslah menulis. Abaikan masalah ejaan, tanda baca, dan sebagaiya. Selesaikan dulu hingga tuntas. Terakhir baru kemudian kita melakukan editing. Untuk editing, kita bisa melakukannya sendiri (swasunting) atau meminta bantuan teman atau orang yang ahli untuk melakukan editing. Untuk ketentuan halaman itu tergantung dari pihak penerbit. Penerbit mayor biasanya minimal 75 halaman , demikian pula halnya dengan jenis dan ukuran huruf, sesuai ketentuan pihak penerbit. Ketika Bu Mila memenuhi tantangan menulis dalam seminggu, beliau diminta untuk menulis buku  dengan jumlah halaman antara 100-200. Hal itu membuat Bu Mila sempat tidak tahu mau menulis apa lagi, stugnan di 40 halaman,sementara teman-temannya sudah melaju pesat. Yang Bu Mila lakukan pada saat itu adalah berhenti menulis. Lalu beliau membaca literatur yang berkaitan dengan judul yang beliau ambil.

Menurut Prof. Eko “kalau sudah mentok, saatnya cari buku referensi dan dengarkan youtube dari sumber lain sebanyak banyaknya”. Ketika sudah merasa  sumpek, blank dalam menulis, bahkan sesak nafas, maka yang Bu Mila lakukan adalah dibawa enjoy saja dengan menikmati musik. Menikmati musik Ini merupakan salah satu treatment yang dapat dilakukan untuk mengembalikan kesegaran, ide yang terbang entah kemana, plus meningkatkan imun. Mengingat apa yang dikatakan  Prof. Eko “ inti menulis buku dalam seminggu adalah bukan kecepatan, tetapi Fokus” . Menurut Bu Mila kesulitan terbesarnya adalah mendapatkan referensi yang sesuai. Untuk mencari sumber referensi cepat tentunya melalui web browser. Kata Bu Mila, “Kita bisa mendapatkan banyak buku referensi, maupun jurnal nasional dan internasional sesuai dengan kajian Kita”

Menjaga konsisten memang menjadi hal yang sulit dilakukan. Untuk bisa konsisten, tentunya kita harus mampu dan pandai memanage waktu dan mood kita. Sedangkan Bu Mila termasuk orang yang menulis berdasarkan mood. Sehingga saat itu rasanya berat sekali menuntaskan buku dalam seminggu. Bahkan pernah sehari tidak nulis, karena rasanya sudah suntuk, dan badan pegel semua karena kelamaan duduk, yang paling menghabiskan waktu adalah mencari ide apa lagi yang menjadi lanjutan tulisan kita. Cara yang Bu Mila lakukan saat itu adalah melibatkan orang lain dalam proses mencari referensi, termasuk urusan mengetik. Beruntung beliau  punya anak yang besar yang sedang kuliah jadi bisa dimintai tolong. Saat mereka sibuk mencari, beliau memanfaatkan kesempatan untuk rebahan sekaligus mengumpulkan ide-ide berikutnya. Jadi, untuk konsisten dengan waktu jangan sungkan  untuk melibatkan orang terdekat yang kita percayai.


Buku Hebat “Design Thinking”

 


Inilah Mahakarya yang luar biasa dari sebuah tekad yang penuh dengan kegigihan dan perjuangan. Buku Design Thinking banyak bercerita tentang bagaimana seharusnya guru menjadi sosok profesional dalam menyiapkan generasi emas yang memiliki keterampilan abad 21. Untuk memenuhi tantangan tersebut, tentunya guru dituntut harus mampu berinovasi dan berkreativitas. Design Thinking merupakan sebuah pendekatan yang dapat menuntun dan menjembatani pencapaian visi dan misi pendidikan Indonesia kearah yang lebih  baik, maju, dan berkualitas. Adapun referensinya selain dari Ekoji Channel, Bu Mila juga mendapatkannya dari chanel youtube lain, buku dan jurnal hasil googling di berbagai web browser

Lebih lanjut Bu Mila berbagi cerita bahwa dalam  mencari referensi haruslah yang sesuai dengan tulisan kita, harus yang berkaitan dengan judul buku yang sedang kita tulis. Rata-rata, tema kajian yang Prof. Eko sampaikan di Ekoji Channel adalah isu-isu terbaru yang referensinya masih sangat minim. Kalaupun ada, biasanya tersedia dalam bahasa asing, sehingga untuk menjadikannya sebagai bahan referensi harus menerjemahkannya atau memahaminya dengan bahasa kita sendiri.  Jadi selain Ekoji Channel, beliau mendapatkan referensi dari buku-buku yang tersedia di perpustakaan pribadi beliau, buku-buku online lewat Google Books, jurnal dan buku di Google Cendekia. Untuk buku-buku  dan jurnal asing Bu Mila mencarinya di Sciendirect.

Konsep buku Design Thinking adalah tentang bagaimana Guru berpikir desain agar mampu merancang pembelajaran yang bermakna terkait dengan usaha meningkatkan keterampilan abad 21 bagi peserta didik yang disiapkan sebagai generasi emas 2045. Buku ini diterbitkan dengan tujuan agar para pendidik dan tenaga kependidikan dapat membuka wawasan, bahwa inovasi dalam pembelajaran adalah salah satu kunci mewujudkan pembelajaran yang bermakna. Pembelajaran tidak harus selalu dibatasi oleh ruang dan waktu, pembelajaran harus mampu membangun kompetensi menjadi sebuah potensi yang berkualitas. Sasaran utama dari buku ini adalah guru dan tenaga kependidikan, termasuk di dalamnya para mahasiswa, dan praktisi kependidikan.

Sebagai penulis pemula, Bu Mila tentunya tidak pernah memikirkan gaya menulis. Beliau menulis sesuai kata hati dan apa yang terlintas dalam pemikirannya. Saat hendak presentase karya bersama teman-teman di depan prof. Eko, beliau paling deg-degan, gugup dan sempat tidak percaya diri. Beliau khawatir tulisan beliau adalah yang paling buruk. Sebab selama mengikuti grup menulis, tulisan beliau tidak pernah masuk kategori tulisan yang dishare om Jay, apalagi bisa mendapatkan gift atau hadiah. Itulah sebabnya beliau menyatakan, bahwa menulis itu hanya butuh niat, tekad dan nekat. Selanjutnya harus fokus dan konsisten.

Kuliah online berlangsung di WA Group Belajar Menulis yang di moderatori oleh Bu Aam berjalan dinamis, peserta belajar menulis sangat antusias  mengirimkan pertanyaan bagaimana sebuah Buku Hebat Design Thinking lahir dari pemikiran nekad , niat, tekad yang bulat diiringi dengan fokus dan konsisten serta menulis dengan gaya menulis sendiri sesuai kata hati. Sapaan dan jawaban dari Bu Mila sangat mengena, menambah ilmu dan intisari dari sebuah pengalaman berliterasi. Semoga setelah ini akan terbit karya-karya hebat dari sahabat guru hebat. Buku Design Thinking Bu Mila adalah wujud karya nyata bahwa peserta group Belajar Menulis bersama Om Jay dan PGRI bisa melahirkan Penulis hebat dengan buku hebat dan karya yang luar biasa.

"Menulis adalah sebuah kegiatan yang berawal dari niat. Semakin kuat tekad kita mengawal niat tersebut, maka kita akan menjadi nekat. Nekat untuk menuntaskan tulisan kita, apapun, dimanapun dan dalam kondisi apapun".

Teruslah menulis dan jangan lupa bahagia

(Jamila K. Baderan)

  

Rabu, 02 September 2020

Menyongsong Era Baru Seorang Guru

 

Semua berawal dari mimpi, dari kisah saat masih kuliah , menuliskan 100 target mimpi yang ditulis pada sebuah karton besar dan ditempel di dinding kamar kos. Salah satunya target mimpi menulis buku. Hari demi hari satu per satu impian itu  terwujud. Setiap ada satu mimpi yang terwujud langsung dicoret dari daftar agar punya ruang untuk mimpi –mimpi baru. Semakin lama semakin banyak mimpi yang dicoret karena Sang Maha Kuasa telah mewujudkannya.

Begitulah awal kisah Bu Ditta Widya Utami,Narasumber hebat di Kelas Belajar Menulis Online Gelombang 15 bersama Om Jay dan PGRI , Bu Ditta adalah Guru IPA di SMPN 1 Cipeundeuy, Subang Jawa Barat , Guru Muda Kelahiran Subang 23 Mei 1990 ini  mempunyai 100 Target Mimpi dan diantara mimpi itu salah satunya  menulis buku

Sepuluh Tahun  kemudian setelah kuliah , Bu Ditta aktif dalam kepanitiaan Workshop Best Practice yang diselenggarakan MGMP IPA Kabupaten Subang , dan hasil workshop diabadikan dalam buku “Jejak Langkah Guru Subang ” yang menjadi karya Bu Ditta sebagai penyunting Buku antologi praktik terbaik para guru di Kabupaten Subang .  Selanjutnya Bu Ditta ikut menulis dalam buku antologi bersama komunitas –komunitas literasi yang beliau ikuti.

Masih dalam kesibukannya ,Bu Ditta berhasil menulis Buku Solo pertama bertajuk “Lelaki di Ladang Tebu “ sebuah Buku yang berisi kumpulan cerpen pendidikan diambil dari kisah nyata , kisah-kisah para siswa yang menjadi guru kehidupan baik dengan sifat baik atau sebaliknya , mampu memberi inspirasi dan pelajaran yang berarti dalam hidup

Berliterasi tak pernah henti, berlanjut ikut kelas menulis Om Jay di Gelombang 7 , mengambil banyak manfaat dan semangat dari Narasumber hebat  seperti Om Jay Guru Blogger Indonesia yang selalu menginspirasi dengan kalimat  “menulis setiap hari dan buktikan apa yang terjadi”, menjadi penyemangat bu Ditta untuk terus menulis, terlebih ketika mendapat hadiah kejutan dari Om Jay PGRI dan KSGN berupa paket Kurma Ruthob dari hasil tulisan terbaik, mendapat hadiah buku dari PGRI dari tulisan resume terbaik . Semua tertulis indah terabadikan di Bognya Bu Ditta https://dittawidyautami.blogspot.comyang selalu menjadi Ruang Inspirasi

Tak berhenti sampai di situ, melalui group menulis bersama Om Jay dan PGRI,  Bu Ditta kembali ikut menulis Buku  karya bersama Ibu Kanjeng, Pak Brian dan guru blogger lainnya dalam buku “Pena Digital Guru Milenial” Buku Antologi 43 penulis yang mengurai kisahnya masing-masing sebagai guru sekaligus blogger. Buku Inilah autobiografi para guru blogger


Dan yang spektakuler, menerima tantangan Prof. Eko Indrajit  untuk menulis buku dalam seminggu dan menghasilkan Buku Mayor Pertama “Menyongsong Era Baru Pendidikan “.

Sebuah buku yang lahir dari buah pikiran yang luar biasa. Prosesnya  juga luar biasa, diawali dari memilih tema yang ada di channel youtube Eko Channel kemudian mengirimkan judul beserta outline buku kepada Prof. Eko. Setiap hari menulis satu Bab hingga selesai satu minggu. Selanjutnya tinggal bimbingan dan proses editing dimana para penulis yang berjumlah 20 orang tergabung dalam satu group  dan ada 9 orang yang akhirnya misi menulis buku bisa sampai diterbitkan. Melalui masa bimbingan yang sistematis melalui WA Group , google meet dan zoom untuk mempresentasikan naskah masing-masing  penulis , bimbingan teknis jadwal pengiriman naskah ke penerbit  jadwal meeting dengan penerbit dan sebagainya .  Tentunya saat pengumuman tiba dari semua naskah yang masuk masih ada yang harus revisi minor, revisi mayor dan ada yang langsung diterima. Naskah bu Ditta termasuk yang langsung diterima. Inilah karya luar biasa Bu Ditta.

Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan dipilih dari tema UNESCO Competency Framework for teachers ,dibuat untuk memenuhi kebutuhan guru atau pendidik dimana  guru dihadapkan dengan peserta didik generasi Z dan generasi A . Generasi Z yang lahir antara tahun 1995 – 2010 dan Generasi A lahir setelah Tahun 2010, dimana keduanya merupakan generasi yang dekat dengan teknologi. Maka Guru harus bisa menguasai atau minimal menggunakan Teknologi dalam Pembelajaran.  Teknologi dalam proses pembelajaran juga telah menjadi kriteria kompetensi pedagogi dan profesional seorang guru. Selain itu adanya pandemi Covid 19 mengharuskan seorang guru untuk mulai menggeser proses pembelajaran konvensional menjadi pembelajaran inovatif yang salah satunya memanfaatkan teknologi informasi.  

Buku Menyongsong Era Baru Pendidikan ibarat  appetizer (hidangan pembuka) dalam suatu jamuan makan yang berfungsi merangsang nafsu makan sebelum hidangan utama (main course) dinikmati. Suguhan yang terkandung dalam buku ini diharapkan mampu meningkatkan semangat para guru untuk mengembangkan kompetensinya dibidang  teknologi informasi yang kemudian dapat diintegrasikan ke dalam proses pembelajaran . Rasa Optimis menyongsong era baru pendidikan dimana semua akses bisa didapat dengan mudah , Kapan saja, dimana saja, oleh dan dengan siapa saja.

Dalam sesi tanya jawab bu Ditta menjelaskan bahwa  literasi Teknologi Informasi ada dalam buku Menyongsog Era Baru. Teknologi itu cepat perkembangannya pembelajaran akan kondusif apabila siswa dan guru sama-sama memahami teknologi . Apapun teknologinya sebisa mungkin harus tetap membuat pembelajaran menjadi bermakna.

Dalam kesibukannya menulis dan menerbitkan buku tidak membuat Bu Ditta lalai menjalani perannya sebagai ibu rumah tangga ,mengatur waktu dan memberikan suasana rumah dengan senyum dan bahagiakan keluarga. Membagi waktu untuk berliterasi, untuk anak serta suami dengan tetap membangun konsistensi diri dalam niat menulis. Karena apa yang kita tulis bagaimana gayanya, isinya tergantung dari niatan menulis. Apakah untuk mengabadikan momen, mengabadikan buah pikiran atau memenuhi kebutuhan.

 

Teruslah memberi arti pada setiap orang yang kau temui. Dalam Setiap hal yang kau lalui, dan untuk setiap waktu yang kau miliki

 

Sebutir pasir yang banyak dijumpa

(Ditta Widya Utami )

Materi Bahasa Jawa Kelas VI untuk belajar PAS 1

MATERI BAHASA JAWA KELAS VI UNTUK BELAJAR MENGHADAPI PAS 1 TAHUN AJARAN 2023/ 2024 oleh : ETIK NURINTO, S.Pd.SD. Wacan (Bacaan) no.1- 4 Jara...